Analisis Dampak Sosial Budaya
No
|
Indikator
|
Sebelum Pengembangan
|
Sesudah Pengembangan dan dampak
|
1
|
Dampak terhadap
keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat
yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya
|
Ketergantungan rendah dengan masyarakat luar, karena kebutuhan dan
keinginan masih sedikit
|
Ketergantungan semakin tinggi karena kebutuhan semakin meningkat seiring
dengan peningkatan pendapatan (dampak baik)
|
2
|
Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat
|
Hubungan sangat erat karena kesamaan dalam mata pencaharian
|
Hubungan kurang erat akibat keberagaman mata pencaharian (dampak kurang
baik)
|
3
|
Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial
|
Organisasi dengan manajemen tradisional
|
Organisasi cenderung mengarah pada manajemen modern (dampak baik)
|
4
|
Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata
|
Migrasi masih sedikit
|
Migrasi menjadi semakin banyak (dampak kurang baik)
|
5
|
Dampak terhadap
ritme kehidupan sosial masyarakat
|
Ritme kehidupan
masih lambat
|
Ritme kehidupan
meningkat (dampak baik)
|
6
|
Dampak terhadap pola pembagian kerja
|
Pembagian kerja masih sederhana
|
Pembagian kerja semakin kompleks (dampak baik)
|
7
|
Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial
|
Stratifikasi sangat kental khususnya pemilik tanah sangat dihormati
|
Persamaan derajat, seseorang dihormati atas dasar apa yang diperbuat,
dan bukan atas dasar siapa orang tersebut (dampak baik)
|
8
|
Dampak terhadap
distribusi pengaruh dan kekuasaan
|
Pengaruh kekuasaan
terpusat
|
Kekuasaan
terdistribusi dan terpecah (dampak baik)
|
![]() |
Dampak terhadap
meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial
|
Penyimpangan social rendah, masih tuduk pada norma adat
|
Penyimpangan sosial semakin tinggi karena lebih menekankan pada kebebasan
individu (dampak kurang baik)
|
10
|
Dampak terhadap
bidang kesenian dan adat istiadat.
|
Kesenian dan adat istiadat masih sangat konvensional
|
Kesenian dan adat istiadat semakin berkembang (dampak baik)
|
Kesimpulan
Saat ini yang dibutuhkan, adalah sebuah perencanaan sosial yang matang
terhadap budaya masyarakat itu sendiri. Kondisi sosial masyarakat berada dalam
keadaan yang kondusif dimana dengan adanya pariwisata memacu masyarakat mengembangkan
kebudayaannya.
Perencanaan sosial yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam hal ini
haruslah yang sesuai dengan semangat partisipasif masyarakat itu sendiri.
Pemerintah harus memberikan sebuah terobosan untuk melaksanakan perencanaan
sosial seperti apa yang dikehendaki oleh masyarakat. Sehingga tidak terkesan
alur pembangunan pariwsata, tidak hanya mengalami pendekatan yang bersifat top
down tetapi juga bersifat bottom up. Ketika pemerintah telah berhasil dalam
menentukan pedoman utama untuk membuat perencanaan tersebut, maka dibutuhkan
tangan yang kuat untuk mempertahankan prinsip-prinsip tersebut dari tekanan
grup kuat dalam penduduk.Yang lebih difokuskan pemerintah daerah ke depan
adalah bagaimana strategi sosial untuk mengatasi permasalahan sosial terkait
dengan pengembangan pariwisata.
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melanda sebagai akibat
berkembang pesatnya sektor pariwisata, menyebabkan arus wisata dengan
kedatangan berbagai wisatawan asing, yang memiliki kebudayaan bermacam-macam
memiliki implikasi terjadinya perubahan budaya dalam masyarakat. Bermacam
teknologi kemudian mulai diperkenalkan oleh masyarakat, bahkan tidak jarang
masyarakat sendiri memiliki teknologi yang muncul sebagai akibat adanya kontak
dengan kebudayaan lain. Lambat laun dapat kita perhatikan bahwa perubahan
sosial sudah terjadi dengan sangat cepatnya. Perubahan yang terjadi sebagai
akibat kontak dengan kebudayaan asing. Lambat laun hal ini mempengaruhi
pranata-pranata masyarakat. Sehingga, untuk bertahan dari semua itu diperlukan
strategi budaya ke depan untuk tetap dapat survive di daerahnya sendiri. Dengan
strategi tersebut dapat dijamin bahwa masyarakat ke depan akan mampu melihat
dengan lebih jernih modernisasi dan tidak hanya sekadar sebagai objek yang
mudah dimanipulasi, tetapi juga sebagai pangkal pembangunan pariwisata.
Untuk mengatasi
kesenjangan sosial yang mencolok antara wisatawan dan masyarakat local,
Reisinger(1997)menganjurkan beberapa hal yang harus ditempuh antara lain :
Ø Masyarakat local agar diberikan pendidikan ,pemahaman,dan apresiasi terhadap
budaya asing/wisatawan.
Ø Wisatawan harus diberikan informasi tentang budaya masyarakat lokal.
Ø Adanya standarisasi Internasional bila terjadi perbedaan kebudayaan antara
masyarakat lokal dan wisatawan.
Ø Ratio wisatawan dan masyarakat lokal harus dimonitor
Di bidang budaya harus dirintis kembali pengembangan dan peningkatan
kehidupan kebudayaan dikalangan masyarakat secara rutin dan berkesinambungan
diberbagai tingkatan daerah, mulai dari tingkat desa sampai ke perkotaan, tidak
lagi dipusatkan hanya di Pusat ataupun di ibu kota propinsi. Adanya upaya
penyeragaman budaya menjadi budaya nasional, seperti pada masa lalu, agar
ke-bhineka-an budaya dan kesenian dapat tumbuh berkembang dengan sehat dan
alamiah. Apresiasi budaya dan kesenian diberbagai tingkatan harus dilakukan
oleh rakyat secara spontan bukan lagi didasarkan karena adanya arahan dari
pusat ataupun diselenggarakan melalui panitia pusat. Yang pada akhirnya setelah
surat keputusan berakhir maka berbagai event ataupun festival pun tidak muncul lagi dan
menunggu SK berikutnya. Paragdima berpikir semacam ini haruslah dikikis habis
oleh para pelaku pariwisata itu sendiri. Apabila pemerintah mempunyai dana
untuk membantu kegiatan-kegiatan budaya kesenian, hendaknya hanyalah bersifat “
start-up ” untuk menggulirkan kegiatan tersebut pada tahap-tahap awal,
sedangkan untuk selanjutnya harus dapat dikembangkan sendiri dari swadaya
masyarakat..
halo, apa saya bisa minta sumber kongkret (buku, jurnal. dll) tulisan ini? agar saya bisa merujuk
BalasHapus